Tes Pertamax Turbo kali ini lebih kepada rasa penasaran kami atas performa BBM terbaru Pertamina itu jika dipakai di mobil standar produksi 2010.
Jakarta, Autos.id – Ketersediaan Pertamax Turbo makin menggeliat di Indonesia, terutama Jakarta. Kami pun tergelitik untuk mencoba langsung bagaimana kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) terbaru dari Pertamina ini.
Pada beberapa SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina memang sudah menyediakan Pertamax Turbo. Belum banyak memang, berdasarkan informasi yang diperoleh dari petugas SPBU Pertamina, ada sejumlah SPBU yang telah menyediakan BBM Non Subsidi jenis ini. Diantaranya di SPBU 31.131.01 di Jl. Pramuka, SPBU 31.128.02 di Jl. MT Haryono, SPBU 31.129.02 di Jl. HR Rasuna Said, dan di SPBU SPBU 31.122.04 di Pondok Indah. Semuanya di wilayah Jakarta.
Namun Wianda Pusponegoro, VP Corporate Communicaton PT Pertamina (Persero) pernah berjanji nantinya, bahan bakar ini akan tersedia secara retail di semua SPBU Pertamina COCO (Company Own Company Operate) diseluruh wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
“Mengetahui apakah Pertamax Turbo tersedia di SPBU di daerah Anda, cukup mudah, karena biasanya ini ditandai dengan penempatan spanduk iklan BBM tersebut yang didominasi warna hitam dengan tulisan berwarna emas”
Mengetahui apakah Pertamax Turbo tersedia di SPBU di daerah Anda, cukup mudah, karena biasanya ini ditandai dengan penempatan spanduk iklan BBM tersebut yang didominasi warna hitam dengan tulisan berwarna emas. Keberadaan slang pengisian Pertamax Turbo biasanya bersamaan dengan jenis BBM non subsidi Pertamina lainnya seperti Pertamax dan Pertalite.
Produk hasil pengembangan dari Pertamax Plus ini memiliki Research Octane Number (RON) 98 atau lebih tinggi dari Pertamax Plus yang punya RON 95. Jelas ini semakin menggugah kami untuk tes Pertamax Turno dan melihat efeknya pada Toyota Yaris tipe S Limited bertransmisi otomatis yang kami gunakan sebagai kendaraan sehari-hari untuk beraktivitas di Ibukota.
Toyota Yaris model ini memiliki mesin 1.500 cc 4 silinder 16 katup DOHC dengan teknologi VVT-i (Variable Valve Timing with Intelligent). Rasio kompresi mesinnya 10,5 : 1 dengan keterangan yang tertera pada buku manual, jenis bahan bakar yang layak dikonsumsi minimal RON 92. Sehari-hari kami menggunakan bahan bakar jenis Shell Super yang punya oktan 92. Itu saja sudah membuat mobil memiliki tenaga konstan dan suara yang cenderung halus. Lalu bagaimana jika di jejali oktan 98?
Kami pun melakukan tes Pertamax Turbo sebagai BBM yang lagi naik daun ini. Pengisian dilakukan di SPBU Pramuka, Jakarta Timur. Indikator bahan bakar pada cluster meter masih menunjukkan sisa satu bar lagi, tapi dalam kondisi sudah berkedip. “Mungkin masih tersisa 5-8 liter lagi,” pikir kami. Karenanya bayangan pengaruh pemakaian BBM beroktan tinggi pada mesin mobil standar produksi 6 tahun silam itu pun makin berkecamuk.
Setelah mendapat giliran tepat di depan slang pompa BBM Pertamax Turbo, langsung saja kami isi 40 liter. Harga per liternya Rp 8.700, sedikit di atas harga Pertamax Plus yang ada di kisaran Rp 8.250 dan Shell Super yang nangkring di Rp 7.650 per liter. Namun Pertamax Turbo lebih murah dari Shell V-Power yang dipatok Rp 8.750 per liter untuk wilayah Jebodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi).
Mengingat masih ada sisa bahan bakar di tangki, maka jenis bahan bakar baru dari perusahaan BUMN itu belum terasa di hari pertama saat mobil bergerak dari SPBU menuju rumah. Barulah keesokan harinya mulai ada “hal beda” pada kendaran kami. Saat starter mesin di pagi hari suara knalpot sedikit lebih halus dari biasanya. Bahkan ketika pedal gas diinjak lebih dalam, saluran gas buang itu tidak “teriak” berlebihan. Selain itu tidak ada bau yang terlalu menyengat dari asap knalpot yang dihasilkan.
Tapi ok, awalnya itu kami anggap hanya sugesti pribadi kami. Pengujian pun berlanjut hari itu. Pertama kami sudah tentukan rutenya, yakni dari wilayah Condet, Jakarta Timur, menuju Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Jalur yang dilewati Tol JORR menuju Tol Jakarta-Merak, keluar di exit Kebon Jeruk. Pulangnya dari Kebon Jeruk melewati Jl Panjang – Arteri Pondok Indah- TB Simatupang – Condet. Perjalanan pergi kami lakukan sekitar pukul 09.00 pagi dan tiba di tujuan kira-kira pukul 10.45. Sementara saat pulang kami lakukan pukul 20.30 tiba di lokasi awal sekitar pukul 22.00.
Terlihat spele mungkin tes Pertamax Turbo ini, namun kami nilai sudah cukup representatif untuk mewakili kondisi jalan raya di Ibukota. Mulai dari jalan bebas hambatan, yang tidak benar-benar bebas hambatan, kondisi stop-and-go akibat kemacetan dan traffic light, serta iklim panas dan dingin dari suhu udara sekitar. Dan hasilnya kami cukup terkesan dengan hasil tes Pertamax Turbo.
Kami merasakan akselerasi mobil yang lebih responsif meski mobil tidak kami tambah part-part aftermarket lain sebelumnya, termasuk pemakaian velg dan tekanan angin ban yang masih sesuai standar pabrikan. Tak perlu menginjak pedal gas dalam-dalam atau secara agresif untuk bisa mendahului kendaraan di depan saat mau menyalip. Ketika kondisi jalan lengang, mobil pun meluncur dengan mulus untuk menyentuh angka speedometer di kisaran 110-120 kpj.
Kondisi ini tentunya kami berspekulasi bisa membuat konsumsi BBM bisa lebih hemat. Betul saja, saat di cek n ricek menggunakan metode full to full, dengan rute sekitar 16 km untuk kembali menuju SPBU Pramuka dan kecepatan mobil tidak pernah lebih dari Rp 120 km/jam akibat kondisi jalan yang padat, kami berhasil mendapat konsumsi BBM 11,7 km/liter menggunakan Pertamax Turbo. Padahal ketika menggunakan BBM RON 92 dengan rute dan kondisi jalan yang hampir sama, kami hanya mendapatkan lebih kurang 10 km/liter.
Jika disumsikan kondisi hasil tes Pertamax Turbo ini berlangsung kontinu dan sehari kami bisa menghemat sekitar dua liter BBM atau Rp 17.400 (2 liter Pertamax Turbo x Rp 8.700) maka kami pun berhitung dalam sebulan sanggup menghemat biaya BBM hingga Rp 522.000 atau sekitar Rp 6,2 juta setahun dibanding menggunakan BBM sebelumnya. Lumayan lah untuk tambahan biaya liburan keluarga di akhir tahun!
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi autos.id.