Last updated on 27 September, 2018
Mengurangi kesenjangan antara dunia pendidikan kejuruan dengan kebutuhan dunia kerja khususnya di sektor industri otomotif.
Autos.id – Toyota Indonesia bersama Yayasan Toyota dan Astra (YTA) menggalang kerjasama dengan sejumlah SMK untuk membuka Kelas Budaya Industri.
Keberadaan kelas ini diharapkan mampu menyelaraskan praktek pengajaran di SMK dengan dengan cara merasa, berpikir, bekerja dan kinerja dunia industri sehingga para lulusan SMK bisa mudah terserap dengan baik untuk bisa segera bekerja khususnya di industri otomotif.
“Sejalan dengan semangat Toyota Berbagi dan visi Toyota Indonesia untuk senantiasa berkontribusi terhadap pendidikan nasional, kami berharap Program Kelas Budaya Industri ini dapat turut meningkatkan mutu keterampilan dan kemampuan para siswa SMK di bidang industri.”
“Selain akan meningkatkan angka penyerapan kerja untuk kebutuhan tenaga terampil di industri otomotif bagi para lulusan SMK,” kata Henry Tanoto, Vice President PT. Toyota Astra Motor (TAM), sekaligus kata Wakil ketua Dewan Pembina YTA, dalam siaran pers.
Peresmian Kelas Budaya Industri SMKN I Purworejo tersebut merupakan yang kedua setelah sebelumnya TAM, PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan YTA juga telah meresmikan program yang sama di SMK Tunas Bangsa, Pati, Jawa Tengah.
Direncanakan, program ini akan dikembangkan secara nasional. Namun untuk tahap awal, kerjasama baru dilakukan di 15 SMK di pulau Jawa.
Kehadiran Program Kelas Budaya Industri Toyota Indonesia dilatari keinginan untuk makin memperkaya keterampilan generasi muda, khususnya lulusan SMK agar mereka mudah terserap dengan baik di dunia usaha.
Melalui keberadaan kelas-kelas budaya industri di SMK, karakater dan budaya para siswa akan lebih terasah dan tidak semata mengandalkan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Meski sistem pengajaran di sebagian besar SMK (terutama di pulau Jawa) sudah cukup memadai dalam membekali peserta didiknya dengan pengetahuan sebagai disiplin teoritis dan disiplin praktis.
Upaya penyelarasan akan lebih difokuskan pada aspek pengajaran yang masih dirasakan lemah, yaitu kemampuan sekolah membekali peserta didiknya dengan pengetahuan sebagai disiplin produktif, yang diukur dengan kriteria kecakapan kerja.
Kecakapan kerja dalam hal ini bukan semata dan bukan terutama masalah ketrampilan atau kompetensi teknis tertentu, melainkan lebih ke mentalitas bekerja yang sistematis, efisien dan efektif yang harus diakui membutuhkan waktu lebih lama.
Baca juga: http://autos.id/2018/09/12/auto2000-mobile-siap-permudah-perawatan-dan-pembelian-mobil-toyota/
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi autos.id.